Assalamu'alaikum,
Nanda-nanda sekalian sebelum PJJ kali ini di muali silahkan nanda sekalian baca Metode PJJ dibawah ini agar kalian bisa lebih memahami materi PJJ pada mata Pelajaran Kemuhammadiyan.
- Bacalah Do’a sebelum memulai kegiatan PJJ dengan bacaan “Basmallah”
- Siapkan alat tulis/buku sebagai catatan dalam kegiatan PJJ
- Buatlah catatan yang dianggap penting untuk memahami materi di buku tulis
- Kirimkan hasil catatan kalian melalui Tombol Presensi dan Penugasan pada akhir artikel Materi
- Jika terdapat pertanyaan silahkan bertanya silajkan melalui link WhatApps Berikut : KLIK DISINI
Selamat Membaca ==>>>>
A. Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid
“Hidup manusia harus mentauhidkan Allah;
Memiliki arti ber-¬Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah”.
Manusia adalah salah satu makhluk
Allah yang diberi kedudukan tertinggi di antara makhluk-makhluk lainnya, dan ia
dititahkan dengan disertai satu tujuan tertentu. Oleh karena itu sudah
seharusnyalah kalau manusia menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan dengan
maksud dan tujuan Allah menciptakan¬nya dengan cara mendasarkan seluruh
hidupnya di atas dasar Tauhid, dalam arti hidup ber-Tuhan, beribadah serta
tunduk dan taat hanya kepada Allah semata. Manusia harus percaya dan yakin
dengan sesungguh-sungguhnya, bahwa tidak ada sesuatu apapun yang wajib
disembah, tak ada sesuatu apapun yang pantas ditakuti, tidak ada sesuatu apapun
yang pantas di¬cintai, dan tidak ada sesuatu apaun yang wajib dita¬ati serta
diagung-agungkan kecuali hanya kepada Allah semata-mata. Kalaupun di dalam
hidupnya sese¬orang mesti mencurahkan rasa cinta ataupun kesadaran mentaati
sesuatu, maka keseluruhannya dilaksanakan dalam kerangka dasar mencintai dan
mentaati kepada Allah juga.
Dalam surat Muhammad ayat 19
Allah berfirman : “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada illah (sesembahan, Tuhan) kecuali
Allah”. Ayat ini selain berisi penegasan tentang keberadaan Allah Yang Esa,
juga memberikan rangsangan kepada akal fikiran manusia agar dipergu¬nakan
sebaik-baiknya untuk menalar. Kalimat “keta¬huilah” mengandung makna bahwa
manusia diperintahkan Allah untuklmenggunakan fikiran dan kemampuan lain¬nya
guna merenungkan dan memikirkan berbagai keja¬than (mahluk) yang tergelar di
alam semesta ini. Manusia diperintahkan untuk membaca dan mengetahui berbagai rahasia
alam beserta segala isinya. Demiki¬an juga ia diperintahkan untuk merenungkan
terhadap dirinya sendiri secermat-cermatnya. Renungan manusia yang didukung
oleh akal fikiran yang kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan
tajam pasti akan membuahkan hasi semakin bertambah kuat keyakin¬annya bahwa
sesungguhnya seluruh jagat raya beserta “gala isinya ini adalah mahluk Allah,
diciptakan dengan perencanaan dan bertujuan.
Manusia yang telah mencapai
tintkat kryakinan atau iman yang didapatkan lewat perpaduan antara aiaran wahyu
denga penemuan akalnya (ra’yu) akan melahirkan kehidupan yang damai, tenang dan
pasrah $ePenuhnya ke haribaan Allah swt. Dan hidup serupa inilah Yang dapat
dinyatakan sebagai hidup yang telah selaras dengan kehendak Ilahi, seperti
diterangkan dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 : “Dan tidaklah Aku menciptakan
jin dan manusia kecuali agar supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Pengabdian diri semata-mata hanya
kepada Allah, yang pangkalnya digerakkan dan disinari oleh iman yang kokoh,
akan melahirkan amal ibadah yang ikhlas, dan bersih, serta dilaksanakan penuh
ketaat¬an semata-mata hanya mengharapkan ridlaNya. Surat al-Bayyinah ayat 4-5
menerangkan bahwa .”tidaklah mereka diperintahkan (sesuatu apapun) kecuali agar
supaya mereka menghambakan diri kepada Allah, dengan menRikhlaskan agama
semata-mata untuk Allah juga.
Pengertian Ibadah.
Di atas telah ditegaskan bahwa seseorang yang hidup dan
kehidupannya telah terhunjam cahaya iman yang kokoh pasti akan terlihat secara
jelas dalam seluruh sikap hidupnya, sikap yang penuh pasrah dan tawakkal kepada
Allah. la terlaihat secara nyata sikap hidup seluruhnya diarahkan untuk
beribadah kepada-Nya. Sebaliknya tidak diketemukan pada dirinya satu saatpun
dalam perbuatannya yang tidak bernilai ibadah.
Kalau demikian halnya, bagaimana pengertian ibadah yang
dapat diterapkan dalam setiap langkah dan tindakan manusia sepanjang hari?
Dalam hal ini Majlis Tarjih telah memberikan batasan pengertian ibadah sebagai
berikut : “Ibadah ialah taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, dengan
jalan mentaati segala sesuatu yang diizinkan kepadanya”.
- a. Ibadah khusus atau ibadah mahdlah, yakni ibadah yang telah ditetapkan secara pasti oleh Allah, baik perinciannya, tingkah dan tata caranya, misalnya ibadah shalat, ibadah shiyam, ibadah hajji, bersesuci.
- b. Ibadah ‘Aam atau ibadah umum, yakni segala pekerjaan yang telah diizinkan Allah untuk dilakukannya.
- a. Membangun kemakmuran dan kesejahteraan hi¬dup umat manusia.
- b. Menciptakan perdamaian dan ketertiban ma¬syarakat dunia.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan satu amanat kepercayaan kepada para penghuni langit, juga kepada bumi serta kepada gunung-gunung, maka mereka enggan dan merasa takut memikul amanat tersebut. Dan akhirnya manusialah yang menerimanya. Sungguh manu¬sia itu sangat dhalim lagi bodoh”. (al-Ahzab : 72)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para mala¬ikat (ketika telah siap menciptakan manusia) : Se¬sungguhnya Aku akan membuat khalifah di atas bumi. Para malaikatpun bersembah : Benarkah Tuhan akan menciptakan khalifah di atas bumi ? – orang yang akan berbuat kerusakan serta menumpahkan darah di dalamnya?”. (al-Baqarah : 30)
Pada ayat yang terakhir ini malaikat
memperkirakan dua perbuatan manusia yang paling menonjol, yaitu meruaah bumi
dan menumpahkan darah. Jelas dua bentuk perbuatan seperti di atas bukannya
yang akan dilakukan oleh seorang khalifah Allah, tetapi sebaliknya justru
kebalikan dari dua hal itulah yang menjadi tugas utamanya. Artinya tugas
khalifah Allah adalah menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat merusakkan
kelestarian bumi, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhkan hal-hal
yang dapat mendatangkan bencana pertumpahan darah antar sesama umat manusia.
Tegasnya hidup beribadah yang sepenuhnya ialah hidup
bertaqarrub kepada Allah digunakan untuk menu¬naikan amanat-Nya sebagai
khalifah di bumi dengan mematuhi segala ketentuan yang menjadi peraturan-Nya,
yang secara tegas telah diuraikan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.
Menurut faham Muharmradiyah, ibadah yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim tidaklah semata-mata hanya yang bersifat hubungan langsung antara manusia dengan Allah seperti tergambar dalam ibadah shalat atau shiyam, melainkan juga berbuat dan membangun kesejahteraan serta perdamaian di antara sesama umat manusia dan masyarakat. Bagi Muhammadiyah, amal ibadah yang sifatnya umum adalah merupakan kelengkap¬an dan kesempurnaan amal ibadah yang langsung kepada Allah. Seseorang yang telah menyatakan dirinya seba¬gai seorang Islam belum dianggap lengkap dan sempur¬na agamanya kalau hanya sekedar menjalankan pokok-¬pokok yang tersimpul dalam rukum Islam yang lima. la masih dituntut kesempurnaannya lewat penunaian misi yang dipangkunya selaku khalifah Allah yang keseluruhannya demi membangun dunia baru yang damai dan sejahtera di bawah naungan ridha dan ampunan Allah.
.
0 komentar: